Mengenal Kusta – Gejala dan penyebab kusta.

Mengenal Kusta - Gejala, Peyebab dan Pencegahan.

RS Syafira, Pekanbaru – Kusta adalah infeksi yang berasal dari Mycobacterium Laprae . Bakteri ini berkembang sangat lambat dan memakan waktu 20 tahun untuk mengetahui perkembangan infeksi ini. Kusta ini berdampak pada saraf, kulit, mata dan lapisan hidung (Mucosa hidung). Bakteri ini menyerang saraf dan bisa menjadi pembengkakan dibawah kulit.

Hal ini dapat menyebabkan area yang terkena infeksi akan kehilangan kemampuan untuk merasakan sentuhan dan rasa sakit hingga dapat menyebabkan cedera seperti luka dan luka bakar. Biasanya, kulit yang terkena akan berubah warna dan menjadi lebih terang atau lebih gelap, sering kali kering atau bersisik, disertai hilangnya rasa, atau kemerahan karena peradangan pada kulit.

Baca juga : Bahaya! Persendian sering nyeri? Hati-hati Gejala Osteoarthritis! 

Penyebab dan Gejala Kusta

Penyakit kusta terjadi akibat infeksi yang berasal dari Mycobacterium Laprae. Namun penyakit kusta tidak mudah menular, penyakit ini dapat tertular hanya jika melakukan kontak dekat dan berulang-ulang apabila terkena cairan hidung dan mulut dari penderita kusta yang tidak diobati.

Penyakit kusta pada dasarnya pasti menyerang kulit dan saraf tepi, yaitu saraf yang terletak di luar otak dan sumsum tulang belakang. Sellain pada kulit dan saraf penyakit ini juga dapat menyerang mata dan jaringan tipis yang melapisi bagian dalam hidung. Gejala utamanya adalah luka dan benjolan pada kulit yang tidak hilang setelah beberapa minggu atau bulan. Lukanya rata dan lebih pucat dibandingkan kulit di sekitarnya. Gejala lain yang mungkin juga termasuk :

  • Kulit terasa kaku, tebal dan kering
  • Terdapat bercak kulit berwarna merah atau putih, tidak gatal, mengkilap atau kering bersisik
  • Kulit yang tidak berkeringat dan atau alis mata rontok
  • Terdapat benjolan atau pembengkakan disekitar wajah atau telinga
  • Kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota gerak
  • Kelemahan anggota gerak dan atau kelopak mata
  • Disabilitas/deformitas tanpa Riwayat kecelakaan
  • Ulkus sulit sembuh

Diagnosis dan pengobatan Kusta

Diagnosis kusta ditegakkan secara klinis melalui pengambilan sampel kecil dari luka dan kemmudian akan di uji di laboratorium (Biopsi Kulit). Namun jika menderita kusta paucibacillary, tidak akan ada bakteri apa pun pada hasil tes. Jika Anda menderita kusta multibasiler, pasti ada. Penyakit ini umumnya terbentuk melalui lesi kulit dan keterlibatan saraf tepi. Kusta didiagnosis dengan menemukan setidaknya satu dari tanda-tanda utama berikut:

  • Saraf tepi menebal atau membesar, disertai hilangnya sensasi dan/atau kelemahan otot yang dipersarafi oleh saraf tersebut
  • Deteksi mikroskopis basil pada apusan celah kulit.
  • Hilangnya sensasi pada bercak kulit pucat (hipopigmentasi) atau kemerahan

Pegobatan pada penyakit kusta ini tergantung pada jenis kusta yang dimiliki, namun ada beberapa contoh pengobatan yang dilakukan :

  • Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi.
  • Dokter menganjurkan pengobatan jangka panjang, biasanya selama 6 bulan hingga satu tahun.
  • Jika Anda menderita kusta yang serius, mungkin perlu minum antibiotik lebih lama. Namun yang perlu diketahui bahwa antibiotik tidak dapat mengobati kerusakan saraf yang disebabkan oleh penyakit ini.

Menurut rekomendasi WHO , Kusta dapat diobati menggunakan MDT (Multi Drug Therapy) berdasarkan klasifikasi kusta yaitu Pauci Baciller (PB) dan Multi Baciller (MB), berdasarkan usia (Blister Dewasa untuk usia > 15 th dan Blister anak untuk usia 10 sampai < 15 tahun, usia < 10 th dihitung per kg BB)

Di Indonesia, ada dua jenis penyakit lepra yang umum ditemukan yaitu :

  • Pausi basiler (PB)

Penyakit kusta jenis ini ditandai dengan kemunculan sekitar 1-5 bercak putih di kulit. Bercak putih yang muncul tampak mirip sekali dengan panu.

  • Multi basiler (MB)

Gejala yang paling terlihat dari kondisi ini adalah munculnya bercak kemerahan dan disertai penebalan pada kulit yang mirip dengan kadas. Bercak kemerahan ini bisa muncul dan menyebar lebih dari lima buah.

Untuk pengobatannya menurut rekomendasi WHO :

  1. Pausi basiler (PB)
    • MDT PB (berisi Supervised Dose : Rifampisin dan Dapson, Dosis Harian untuk hari ke 2 -28: Dapson ) sebanyak 6 blister dalam waktu 6 -9 bulan
  2. Multi basiler (MB)
    • MDT MB (berisi Supervised Dose : Rifampisin, Dapson dan Clofazimin, Dosis Harian untuk hari ke 2 -28 : Dapson dan Clofazimin) sebanyak 12 blister dalam waktu 12 -18 bulan

Perawatan yang dapat dilakukan dirumah

Selain harus minum obat secara teratur dan menjalankan pola hidup sehat, orang dengan penyakit kusta juga harus memperhatikan asupan nutrisinya dengan rajin mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin seperti :

  • Vitamin E: konsumsi kacang-kacangan dan biji-bijian mentah, seperti almond, kuaci, dan kacang tanah.
  • Vitamin A: asupan vitamin A dari wortel, ubi jalar, bayam, pepaya, hati sapi, serta produk olahan susu dan telur.
  • Vitamin D: selain dari paparan sinar matahari langsung, vitamin D juga bisa didapatkan dari ikan laut, minyak ikan, ikan salmon, ikan tuna, susu dan produk olahannya, jamur, hati, serta kuning telur.
  • Vitamin C: vitamin ini bisa ditemukan pada buah jeruk, lemon, mangga, stroberi, hingga sayuran seperti tomat, dan brokoli.
  • Vitamin B: konsumsi ayam, pisang, kentang, dan jamur.
  • Zinc: konsumsi tiram, keju, kacang mete, dan oatmeal

Apabila memiliki salah satu atau beberapa gejala kusta seperti yang sudah tercantum di atas, segera memeriksakan diri ke dokter kulit untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Mengenal Kusta - Gejala, Peyebab dan Pencegahan.

Referensi :

Ayosehat.kemenkes, diakses pada 2024. Kusta

World Health Organization, diakses pada 2024. Leprosy

WebMD, diakses pada 2024. Leprosy: Causes, Symptoms, and Treatment

National Library of Medicine, diakses pada 2024. Leprosy (Hansen’s disease): An Update and Review

Wikipedia, diakses pada 2024. Mycobacterium leprae

Hellosehat, diakses pada 2024. Kusta (Lepra)

Tinggalkan Balasan

%d